Pada tahun 2008 saya
diberi kepercayaan saudara saya untuk magang di dunia politik tepatnya di MPR (
Majelis Permusyarawatan Rakyat )Senayan
Jakarta. Selama satu tahun saya magang sambil kuliah di Fakultas
Teknologi Informasi,Jurusan Sistem Informasi Universitas Budi Luhur Jakarta .
Banyak suka dan duka yang saya alami ketika magang di MPR Senayan terutama
pengalaman bagaimana kerasnya kehidupan di dunia politik Indonesia. Sebagai
perempuan yang berasal dari daerah, terkadang saya selalu merasa tidak berarti
dengan rekan-rekan di tempat magang,begitu juga dengan teman-teman di kampus.
Selalu ada perasaan tidak nyaman yang selalu menganggu ketika bergabung dengan
siapa saja. Setiap kali saya mengalami perasaan tidak percaya diri itulah
saudaraku selalu memotivasi saya supaya
tetap percaya diri dan mampu bersaing dengan mereka yang ada di Ibukota
Jakarta.
Selama satu tahun magang
di dunia politik, saya mulai
suka
menganalisis dan mengamati kehidupan para politisi yang ada di MPR,
entah itu
pada saat jam-jam istirahat maupun pada saat jam kerja berlangsung, yang
menjadi perhatian saya adalah ketika berada di kantin dan makan bersama
seluruh
staff, saya merasa bahwa ternyata kehidupan yang saya jalani adalah
benar nyata
dan sama seperti mereka juga. Saat pagi hari saya berkecimpung di dunia
politik,sore hari saya langsung menuju kampus yang jaraknya cukup jauh
dari MPR
Senayan.Untuk menuju kampus biasanya saya mengunakan bis satu ke bis
yang
lainnya. Dalam perjalanan yang panjang dari tempat magang menuju tempat
kuliah
terkadang saya tidak mendapatkan tempat duduk,saya biasanya berdiri dan
ikut
berdesak-desakan dengan para penumpang bis dari berbagai penjuru di kota
Jakarta.
Selama dalam perjalanan saya sering terganggu dengan pemandangan
anak-anak
jalanan di lampu merah dan para pengemis serta pengamen yang naik turun
bis
yang saya tumpangi. Dalam hati saya selalu berpikir betapa kerasnya
kehidupan
anak-anak jalanan di ibukota Jakarta ini, mereka berkejar-kejaran dan
saling
rebutan menaiki setiap bis yang baru berhenti lalu berjalan lagi sesuai
tujuan
bis tersebut. Ada perasaan sedih yang selalu muncul,betapa masih banyak
orang miskin di negeri ini,rasa sedih itu mau tidak mau harus saya buang
jauh-jauh.
Setelah sekian lama
berada di ibukota Jakarta,entah mengapa sepertinya saya merasa begitu stress
dan tidak punya semangat, di tempat kuliah juga seperti itu,terkadang kalau
pergi kuliah hati dan jiwa saya begitu kosong dan merasa tidak bahagia dalam
menjalani setiap detak langkah yang sedang saya jalani.Ada hal yang membuatku
tidak bersemangat kuliah yaitu saya seperti berjalan seorang diri di dalam
keramaian para mahasiswa yang tampak individualisme menurut saya. Kini baru saya
pahami bahwa mahasiswa di Jakarta sudah terbiasa dengan kehidupannya sendiri
tanpa harus banyak bersosilasisasi dengan yang lainnya. Dengan berat hati tahun 2010
saya akhirnya kembali ke Pontianak, mendengar itu saudaraku
begitu kecewa terhadapku,tapi mau
bagaimana lagi,saya memang sepertinya tidak cocok hidup di Ibukota
Jakarta.Yang
membuat saya begitu stress adalah kemacetan,banjir dan pemandangan
kehidupan
para pengemis,pengamen,anak-anak jalanan yang sepertinya menganggu
pikiran saya
setiap hari. Selalu muncul dalam pikiran saya,ingin cepat mengabdikan
diri dan menolong mereka itu,tapi apa daya semua hanya mimpi,untuk
mengatasi semua itu,yang harus dilakukan adalah membuang jauh-jauh
pikiran tentang carut marutnya kehidupan orang-orang kecil di Ibukota
Jakarta tersebut.
Akhirnya pada tahun
2011 saya melamar pekerjaan di toko komputer dan puji Tuhan saya diberi
kepercayaan sebagai teknisi dan admin di toko komputer tersebut. Bekerja di
toko komputer sungguh menyenangkan buat saya dimana saya bisa mengetahui
perkembangan IT dan pemasaran komputer yang ada di Kalimantan Barat. Bekerja
dari jam 09.00- 18.00 wib di toko komputer terkadang cukup menguras pikiran dan
tenaga. Hal itulah yang membuatku juga mulai berpikir-pikir kembali agar bisa
mencari pekerjaan di tempat lain lagi. Satu
hal yang belum saya selesaikan adalah tetap melanjutkan kuliah yang sudah saya
tunda sebelumnya. Beberapa bulan bekerja di toko komputer,saya melamar di
Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder,awalnya saya dipanggil oleh ketua yayasan
untuk menjadi staf TU di SMP,saya sungguh senang menerima tawaran itu tapi apa
hendak dikata pimpinan di toko komputer belum bisa memperbolehkan saya berhenti
begitu saja dengan alasan belum ada pengganti saya. Akhirnya saya membuat surat
pengunduran diri di toko komputer dan berjanji akan pindah jika sudah dapat
penganti. Empat bulan kemudian, ketua yayasan memanggil saya kembali dan jabatan
sebagai staff TU di SMP sudah diisi oleh yang lainnya,cuma beliau mengatakan
kalau mau saudara menjadi staf laboratorium bahasa saja di SMA Santo
Paulus.Tentu saja saya sangat senang menerima tawaran itu dan akhirnya pamit
dengan terhormat di toko komputer.
Bekerja di Laboratorium
bahasa merupakan hal yang baru buat saya dimana saya harus belajar menyesuaikan
diri dengan kehidupan dunia pendidikan yang tidak pernah saya bayangkan sama
sekali dalam hidup saya apalagi mau menjadi seorang guru. Sungguh sangat jauh
dari sifat,bakat dan minat saya secara pribadi. Tapi karena itu tuntutan mau
tidak mau harus saya jalani irama dunia pendidikan di SMA Santo Paulus
Pontianak. Awal tahun 2011 saya
resmi bekerja di laboratorium bahasa dan hari demi hari saya terus menikmati
bekerjaan itu dengan penuh suka cita dan bahagia dimana saya bisa mengembangkan
bakat dan kemampuan saya di bidang IT dan menerapkannya bersama para siswa.
Melihat perkembangan
yang baik dalam diri saya,akhirnya saya mulai memikirkan kembali cita-cita yang
sempat tertunda yaitu melanjutkan kuliah lagi. Entah kenapa tiba-tiba muncul
satu pikiran bahwa aku harus kuliah di STKIP PGRI Pontianak dan mengambil
jurusan Bahasa Indonesia. Sungguh tidak pernah terpikirkan sama sekali selama
ini bahwa akhirnya saya bisa memilih STKIP PGRI Pontianak sebagai tempat yang
cocok untuk saya menuntut ilmu. Tahun 2012 saya mencoba tes di STKIP PGRI dan
lulus, tapi apa hendak dikata,jadwal yang begitu padat akhirnya mengurungkan
niatku untuk kuliah di STKIP. Bukan Agustina namanya jika tidak mencoba terus
menerus menjalani segala sesuatu,tahun 2013 saya mencoba tes lagi di STKIP PGRI
dan lulus kembali. Wow...betapa bahagianya hatiku kuliah di STKIP yang kini
telah berubah menjadi IKIP PGRI Pontianak, di kampus inilah sepertinya jiwaku
terasa begitu damai,hidup dalam persaudaraan,kompak dan saling membantu sama
lain. Terima kasih Tuhan...Engaku telah memberikan tempat yang nyaman dan damai
untukku menimba ilmu pengetahuan. ( Tugas Menulis Faktual hehehe )
0 komentar:
Posting Komentar