20 Maret 1978

Tina Borneo 78

Perjuangan Hidupku

Media Belajar 20.43 |


Pada tahun 2008 saya diberi kepercayaan saudara saya untuk magang di dunia politik tepatnya di MPR ( Majelis Permusyarawatan Rakyat )Senayan  Jakarta. Selama satu tahun saya magang sambil kuliah di Fakultas Teknologi Informasi,Jurusan Sistem Informasi Universitas Budi Luhur Jakarta . Banyak suka dan duka yang saya alami ketika magang di MPR Senayan terutama pengalaman bagaimana kerasnya kehidupan di dunia politik Indonesia. Sebagai perempuan yang berasal dari daerah, terkadang saya selalu merasa tidak berarti dengan rekan-rekan di tempat magang,begitu juga dengan teman-teman di kampus. Selalu ada perasaan tidak nyaman yang selalu menganggu ketika bergabung dengan siapa saja. Setiap kali saya mengalami perasaan tidak percaya diri itulah saudaraku  selalu memotivasi saya supaya tetap percaya diri dan mampu bersaing dengan mereka yang ada di Ibukota Jakarta.
Selama satu tahun magang di dunia politik, saya  mulai suka menganalisis dan mengamati kehidupan para politisi yang ada di MPR, entah itu pada saat jam-jam istirahat maupun pada saat jam kerja berlangsung, yang menjadi perhatian saya adalah ketika berada di kantin dan makan bersama seluruh staff, saya merasa bahwa ternyata kehidupan yang saya jalani adalah benar nyata dan sama seperti mereka juga. Saat pagi hari saya berkecimpung di dunia politik,sore hari saya langsung menuju kampus yang jaraknya cukup jauh dari MPR Senayan.Untuk menuju kampus biasanya saya mengunakan bis satu ke bis yang lainnya. Dalam perjalanan yang panjang dari tempat magang menuju tempat kuliah terkadang saya tidak mendapatkan tempat duduk,saya biasanya berdiri dan ikut berdesak-desakan dengan para penumpang bis dari berbagai penjuru di kota Jakarta. Selama dalam perjalanan saya sering terganggu dengan pemandangan anak-anak jalanan di lampu merah dan para pengemis serta pengamen yang naik turun bis yang saya tumpangi. Dalam hati saya selalu berpikir betapa kerasnya kehidupan anak-anak jalanan di ibukota Jakarta ini, mereka berkejar-kejaran dan saling rebutan menaiki setiap bis yang baru berhenti lalu berjalan lagi sesuai tujuan bis tersebut. Ada perasaan sedih yang selalu muncul,betapa masih banyak orang miskin di negeri ini,rasa sedih itu mau tidak mau harus saya buang jauh-jauh.
Setelah sekian lama berada di ibukota Jakarta,entah mengapa sepertinya saya merasa begitu stress dan tidak punya semangat, di tempat kuliah juga seperti itu,terkadang kalau pergi kuliah hati dan jiwa saya begitu kosong dan merasa tidak bahagia dalam menjalani setiap detak langkah yang sedang saya jalani.Ada hal yang membuatku tidak bersemangat kuliah yaitu saya seperti berjalan seorang diri di dalam keramaian para mahasiswa yang tampak individualisme menurut saya. Kini baru saya pahami bahwa mahasiswa di Jakarta sudah terbiasa dengan kehidupannya sendiri tanpa harus banyak bersosilasisasi dengan yang lainnya.    Dengan berat hati tahun 2010 saya akhirnya kembali ke Pontianak, mendengar itu  saudaraku begitu kecewa terhadapku,tapi mau bagaimana lagi,saya memang sepertinya tidak cocok hidup di Ibukota Jakarta.Yang membuat saya begitu stress adalah kemacetan,banjir dan pemandangan kehidupan para pengemis,pengamen,anak-anak jalanan yang sepertinya menganggu pikiran saya setiap hari. Selalu muncul dalam pikiran saya,ingin cepat mengabdikan diri dan menolong mereka itu,tapi apa daya semua hanya mimpi,untuk mengatasi semua itu,yang harus dilakukan adalah membuang jauh-jauh pikiran tentang carut marutnya kehidupan orang-orang kecil di Ibukota Jakarta tersebut.
Akhirnya pada tahun 2011 saya melamar pekerjaan di toko komputer dan puji Tuhan saya diberi kepercayaan sebagai teknisi dan admin di toko komputer tersebut. Bekerja di toko komputer sungguh menyenangkan buat saya dimana saya bisa mengetahui perkembangan IT dan pemasaran komputer yang ada di Kalimantan Barat. Bekerja dari jam 09.00- 18.00 wib di toko komputer terkadang cukup menguras pikiran dan tenaga. Hal itulah yang membuatku juga mulai berpikir-pikir kembali agar bisa mencari pekerjaan  di tempat lain lagi. Satu hal yang belum saya selesaikan adalah tetap melanjutkan kuliah yang sudah saya tunda sebelumnya. Beberapa bulan bekerja di toko komputer,saya melamar di Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder,awalnya saya dipanggil oleh ketua yayasan untuk menjadi staf TU di SMP,saya sungguh senang menerima tawaran itu tapi apa hendak dikata pimpinan di toko komputer belum bisa memperbolehkan saya berhenti begitu saja dengan alasan belum ada pengganti saya. Akhirnya saya membuat surat pengunduran diri di toko komputer dan berjanji akan pindah jika sudah dapat penganti. Empat bulan kemudian, ketua yayasan memanggil saya kembali dan jabatan sebagai staff TU di SMP sudah diisi oleh yang lainnya,cuma beliau mengatakan kalau mau saudara menjadi staf laboratorium bahasa saja di SMA Santo Paulus.Tentu saja saya sangat senang menerima tawaran itu dan akhirnya pamit dengan  terhormat di toko komputer.
Bekerja di Laboratorium bahasa merupakan hal yang baru buat saya dimana saya harus belajar menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia pendidikan yang tidak pernah saya bayangkan sama sekali dalam hidup saya apalagi mau menjadi seorang guru. Sungguh sangat jauh dari sifat,bakat dan minat saya secara pribadi. Tapi karena itu tuntutan mau tidak mau harus saya jalani irama dunia pendidikan di SMA Santo Paulus Pontianak. Awal tahun 2011 saya resmi bekerja di laboratorium bahasa dan hari demi hari saya terus menikmati bekerjaan itu dengan penuh suka cita dan bahagia dimana saya bisa mengembangkan bakat dan kemampuan saya di bidang IT dan menerapkannya bersama para siswa.

Melihat perkembangan yang baik dalam diri saya,akhirnya saya mulai memikirkan kembali cita-cita yang sempat tertunda yaitu melanjutkan kuliah lagi. Entah kenapa tiba-tiba muncul satu pikiran bahwa aku harus kuliah di STKIP PGRI Pontianak dan mengambil jurusan Bahasa Indonesia. Sungguh tidak pernah terpikirkan sama sekali selama ini bahwa akhirnya saya bisa memilih STKIP PGRI Pontianak sebagai tempat yang cocok untuk saya menuntut ilmu. Tahun 2012 saya mencoba tes di STKIP PGRI dan lulus, tapi apa hendak dikata,jadwal yang begitu padat akhirnya mengurungkan niatku untuk kuliah di STKIP. Bukan Agustina namanya jika tidak mencoba terus menerus menjalani segala sesuatu,tahun 2013 saya mencoba tes lagi di STKIP PGRI dan lulus kembali. Wow...betapa bahagianya hatiku kuliah di STKIP yang kini telah berubah menjadi IKIP PGRI Pontianak, di kampus inilah sepertinya jiwaku terasa begitu damai,hidup dalam persaudaraan,kompak dan saling membantu sama lain. Terima kasih Tuhan...Engaku telah memberikan tempat yang nyaman dan damai untukku menimba ilmu pengetahuan. ( Tugas Menulis Faktual hehehe )




0 komentar:

Ads 468x60px

Featured Posts