Senin, tgl. 6 Februari 2012 yang lalu, tepatnya pukul 12.00 wib perarakan naga, sudah segera dimulai. Perarakan naga atau yang lebih dikenal dengan perayaan Cap Go Meh itu ibarat magnet bagi masyarakat yang ada di kota Pontianak. Masyarakat di kota Pontianak tumpah ruah di jalanan dan membanjiri pusat kota di mana atraksi naga dipertontonkan.
Saya yang penasaran sekali dengan
perayaan Cap Go Meh tahun ini langsung meluncur di jalan gajah mada menuju
rumah seorang sahabat yang kebetulan rumahnya berada di pusat kota. Setiba di
rumah sahabat saya, saya langsung menuju lantai 2. Dari lantai 2 itulah saya
menyaksikan perarakan naga. Dalam hati saya “ Sungguh berbahagianya
saudara-saudariku yang keturunan tiong hoa merayakan cap go meh ini “. Dari
awal saya perhatikan betapa banyak yang ikut berpartisipasi dalam acara
tersebut. Kelihatan dari jauh grup drum
band SMA St. Paulus mengiringgi perarakan naga, diikuti juga grup drum band
lainnya. Selain itu ada ikatan koko dan mei-mei, pemuda pancasila,
yayasan-yayasan yang mendukung acara perarakan naga tersebut. Sungguh kerjasama
yang luar biasa. Itulah kekaguman saya selama menikmati perarakan naga
tersebut.
Keesokan harinya, di depan meja
mulai terlihat berita utama mengenai kemeriahan Cap Go Meh. Dari ketiga koran
terkemuka di Kalbar hampir semuanya memberitakan kemeriahan Cap Go Meh.
Betul-betul berita yang luar biasa ditahun 2012 dan bertepatan dengan tahun
naga ini. Sungguh salut sekali dengan kreativitas para penyelenggara acara
tersebut. Apalagi ini adalah budaya tiong hoa asli yang selalu dirayakan turun
temurun.
Inilah sekilas budaya tiong hoa yang
ada di Kalimantan barat. Lalu bagaimana dengan kebudayaan masyarakat dari etnis
dayak ataupun melayu, juga mungkin etnis lainnya yang ada di Indonesia.
Kira-kira adakah yang bisa dibanggakan dan dapat dijadikan kebangaan Kalimantan
barat?
Di kalangan etnis dayak juga
dikenal tradisi naik dango dan gawai dayak. Lalu ada mariam karbit di kalangan
etnis melayu. Pada dasarnya naik dango, gawai dayak, mariam karbit merupakan
budaya yang tidak kalah serunya. Gawai dayak juga sudah mulai sedikit eksis
dengan memberikan warna hampir mirip dengan perayaan Cap Go Meh yaitu adanya
perarakan atau pawai di jalan raya.
Naik dango, gawai dayak, mariam
karbit tetaplah tradisi etnis yang harusnya benar-benar dilestarikan dan
dipopulerkan sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi. Perayaan Cap Go Meh
bisa sangat meriah dan disukai masyarakat. Itu artinya etnis tiong hoa
benar-benar berkeinginan mempertahankan budaya mereka dan juga bisa
memperkenalkan budaya mereka di dunia Internasional. Kalau di Indonesia,
kemungkinan hanya Bali yang bisa eksis di tingkat Internasional dan sedikit
mendunia.
Saya pikir etnis dayak maupun
etnis melayu bisa juga berekespresi dan mempopulerkan budayanya masing-masing.
Berekspresi dengan budaya asli yang benar berasal dari nenek moyang dan bukan
hasil adopsi dari luar. Inilah tugas dari kaum itu sendiri, mau berbudaya atau
tidak? Kalau tidak segera sadar dan menanamkan nilai-nilai budaya sekarang ini,
maka suatu saat, Kamu memang penonton
karena tidak memiliki budaya sendiri yang bisa dibanggakan . Orang lain telah
memberi contoh kepadamu, supaya kamu bisa memiliki budaya sendiri yang dapat
dibanggkan di dunia internasional, kini apakah kamu mau membudayakannya atau
hanya berdiam diri saja sebagai penonton atau jangan-jangan kamu hanya bisa
mencontek budaya orang lain dan hanya bisa mengadopsi milik orang lain. Kini
punyakah kamu budaya dan identitas diri itu?


0 komentar:
Posting Komentar