20 Maret 1978

Tina Borneo 78

BUDAYAMU MANA?

Media Belajar 12.43 |



Senin, tgl. 6 Februari 2012 yang lalu, tepatnya pukul 12.00 wib perarakan naga, sudah segera  dimulai. Perarakan naga atau yang lebih dikenal dengan perayaan Cap Go Meh itu ibarat magnet bagi masyarakat yang ada di kota Pontianak. Masyarakat di kota Pontianak tumpah ruah di jalanan dan membanjiri pusat kota di mana atraksi naga dipertontonkan.
            Saya yang penasaran sekali dengan perayaan Cap Go Meh tahun ini langsung meluncur di jalan gajah mada menuju rumah seorang sahabat yang kebetulan rumahnya berada di pusat kota. Setiba di rumah sahabat saya, saya langsung menuju lantai 2. Dari lantai 2 itulah saya menyaksikan perarakan naga. Dalam hati saya “ Sungguh berbahagianya saudara-saudariku yang keturunan tiong hoa merayakan cap go meh ini “. Dari awal saya perhatikan betapa banyak yang ikut berpartisipasi dalam acara tersebut.  Kelihatan dari jauh grup drum band SMA St. Paulus mengiringgi perarakan naga, diikuti juga grup drum band lainnya. Selain itu ada ikatan koko dan mei-mei, pemuda pancasila, yayasan-yayasan yang mendukung acara perarakan naga tersebut. Sungguh kerjasama yang luar biasa. Itulah kekaguman saya selama menikmati perarakan naga tersebut.
            Keesokan harinya, di depan meja mulai terlihat berita utama mengenai kemeriahan Cap Go Meh. Dari ketiga koran terkemuka di Kalbar hampir semuanya memberitakan kemeriahan Cap Go Meh. Betul-betul berita yang luar biasa ditahun 2012 dan bertepatan dengan tahun naga ini. Sungguh salut sekali dengan kreativitas para penyelenggara acara tersebut. Apalagi ini adalah budaya tiong hoa asli yang selalu dirayakan turun temurun.
            Inilah sekilas budaya tiong hoa yang ada di Kalimantan barat. Lalu bagaimana dengan kebudayaan masyarakat dari etnis dayak ataupun melayu, juga mungkin etnis lainnya yang ada di Indonesia. Kira-kira adakah yang bisa dibanggakan dan dapat dijadikan kebangaan Kalimantan barat?
Di kalangan etnis dayak juga dikenal tradisi naik dango dan gawai dayak. Lalu ada mariam karbit di kalangan etnis melayu. Pada dasarnya naik dango, gawai dayak, mariam karbit merupakan budaya yang tidak kalah serunya. Gawai dayak juga sudah mulai sedikit eksis dengan memberikan warna hampir mirip dengan perayaan Cap Go Meh yaitu adanya perarakan atau pawai di jalan raya.
Naik dango, gawai dayak, mariam karbit tetaplah tradisi etnis yang harusnya benar-benar dilestarikan dan dipopulerkan sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi. Perayaan Cap Go Meh bisa sangat meriah dan disukai masyarakat. Itu artinya etnis tiong hoa benar-benar berkeinginan mempertahankan budaya mereka dan juga bisa memperkenalkan budaya mereka di dunia Internasional. Kalau di Indonesia, kemungkinan hanya Bali yang bisa eksis di tingkat Internasional dan sedikit mendunia.
Saya pikir etnis dayak maupun etnis melayu bisa juga berekespresi dan mempopulerkan budayanya masing-masing. Berekspresi dengan budaya asli yang benar berasal dari nenek moyang dan bukan hasil adopsi dari luar. Inilah tugas dari kaum itu sendiri, mau berbudaya atau tidak? Kalau tidak segera sadar dan menanamkan nilai-nilai budaya sekarang ini, maka suatu saat, Kamu memang penonton karena tidak memiliki budaya sendiri yang bisa dibanggakan . Orang lain telah memberi contoh kepadamu, supaya kamu bisa memiliki budaya sendiri yang dapat dibanggkan di dunia internasional, kini apakah kamu mau membudayakannya atau hanya berdiam diri saja sebagai penonton atau jangan-jangan kamu hanya bisa mencontek budaya orang lain dan hanya bisa mengadopsi milik orang lain. Kini punyakah kamu budaya dan identitas diri itu?
 ( Tulisan yang dimuat di Borneo Tribune )

           

0 komentar:

Ads 468x60px

Featured Posts